Minggu, 23 November 2014

Penyebab Anak Berbohong

Sebenarnya, anak usia balita belum terlalu mengerti bahwa berbohong adalah sesuatu yang salah. Selain itu, ia belum bisa membedakan secara tegas antara imajinasi dan kenyataan.

ket. foto : "Aku Anak Jujur", HALO BALITA jilid 11, penerbit Pelangi Mizan

Daya imajinasinya masih berubah-ubah dan mereka tidak tahu batasan antara apa yang diinginkan dan apa yang benar-benar bisa dimiliki. Anak bisa saja bilang ingin punya hewan peliharaan berupa dinosaurus atau mamanya adalah seorang putri raja, sebab ia ingin hal tersebut terjadi.

Alasan lain berbohong pada usia ini adalah takut dihukum. Daripada disalahkan, ia memilih mengatakan, "si Teddy Bear yang menjatuhkan gelas" atau "Jason yang mukul duluan". (padahal nyatanya keduanya tidak menyebabkan hal tersebut).

Untuk membantu anak belajar nilai-nilai atau berkata jujur, jangan menegur atau mengoreksi dia - sebab bisa membuatnya merasa malu. Berilah respon terhadap pernyataan seperti, "Kata Papa, aku boleh kok, minta kue," dengan bilang, "Mama tahu kalau itu maunya kamu, tapi kita tidak akan makan yang manis-manis sebelum makan malam ya".
ket. foto : "Panduan untuk Ayah & Ibu", HALO BALITA, penerbit Pelangi Mizan

Ketika anak berbohong agar tidak terkena masalah, pertimbangkan ini :
"Mama tahu kalau kamu merasa tidak enak gara-gara memecahkan gelas. Bantu Mama mengelap air yang tumpah, dan lain kali kita memakai gelas plastik aja ya?" Ini akan membuat anak merasa yakin bahwa tidak akan ada gunanya berbohong.

sumber : www.parenting.co.id

Andai Rasulullah SAW. Datang Mengetuk Pintu Rumahku


ket. foto : "Muhammad Teladanku", penerbit Sygma

Terbayang olehku sorot mata yang tajam dan teduh bisa meluluhkan hati yang keras, dapat menenangkan hati yang gusar. Ingin ku sentuh dan ku cium tangannya yang lembut bagaikan sutera. Dapat ku cium harum tubuhnya yang lekat. Dapat ku lihat tubuh tegap dan gagah yang Allah SWT. ciptakan dengan rupa terbaik.

Ingin aku berkata apa adanya :

"Ya Rasulullah, do'akan aku agar dapat terangkar segala kesulitan hidupku, semoga Allah melapangkan rizkiku; do'akan aku ya Rasulullah agar baik urusanku di dunia dan di akhirat dan jadikan aku kelak mendampingimu di syurga, hidup abadi bersamamu."

Namun...

Belum sempat aku membuka pintu rumahku, tiba-tiba aku teringat di ruang tamuku ada televisi lengkap dengan DVD playernya, sebuah benda yang mungkin akan menjadi pertanyaan Nabiku terkasih, "Benda apa ini? Apa yang engkau saksikan di dalamnya?"

Oh...aku pasti malu, karena aku dan keluargaku sering menghabiskan waktu di depan televisi hingga lalai shalatku.


ket. foto : "Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad saw. 'The Super Leader Super Manager'", penerbit Tim Tazkia

Aku mulai melihat sekelilingku, ternyata buku-buku bacaanku lebih banyak berisi buku-buku umum yang ku miliki. Bahkan al-Qur'an yang ada nyaris hanya sebagai pajangan belaka karena covernya pun masih  bagus dan halamnnya masih rapi meski telah bertahun-tahun menghias ruang bacaku. Pasti Rasulullah akan bertanya padaku, "Berapa banyak al-Qur'an yang engkau baca setiap hari? Apakah ada buku-buku yang menceritakan tentang diriku??"

Ah...aku pasti akan terbata-bata menjawabnya, karena jarang sekali aku membukanya karena memang aku tidak tahu cara membacanya.

Aku mulai berjalan ke kamar tidurku kalau-kalau Rasulullah ingin bermalam di rumahku. Ternyata di kamarku hanya ada sedikit ruang untuk shalat sekedar untuk badanku saja. Aduh, alangkah repotnya kalau Rasulullah mengajak kami untuk shalat berjamaah, karena di rumahku tak ada mushola keluarga.

Aku melihat foto keluargaku terpampang di kamarku, ada wajah anak-anakku yang ekspresinya lucu. Kalau Rasulullah melihat pasti akan kuceritakan keceriaan mereka yang menggemaskan. Tapi...aku agak khawatir kalau-kalau Rasulullah bertanya, " Apakah mereka mengenal nabinya dengan baik sebagaimana generasi masaku?".
Karena memang aku tidak pernah mengenalkan sosok Rasulullah kepada mereka kecuali sedikit saja. Tentang kelahirannya di tahun gajah..cuman itu yang aku ketahui tentang nabiku.

Oh, hatiku mulai teriris-iris oleh perasaan malu, khawatir dan cemas. Harapanku untuk berakrab-akrab dengan Rasul tercinta mulai pupus..

Maafkan aku ya Rasulullah, aku belum bisa membuka pintu rumahku untukmu, karena masih banyak pertanyaan yang akan keluar dari lisanmu yang lembut sementara aku belum bisa menjawabnya. Mungkin engkau akan menyaksikan wajahku dengna sebuah senyuman saja...yaa sebuah senyuman.

===

*Tulisan Bunda Kurnia Whidiastuti, seorang Trainer Parenting, Praktisi dan Pemerhati Pendidikan Anak,
yang mengingatkan kita semua untuk terus berusaha mengenal lebih jauh sosok Nabi dan Rasul terkasih, mengenalkannya pada semua putra-putri kita dan menghadirkannya selalu di setiap saat sebagai rujukan hidup, In-syaa Allah.

12 Cara Mendidik Anak Sopan Santun

12 cara mendidik anak sopan santun (terbukti dan mudah dilakukan)

1. Mulai sejak dini
mulai kapan? umur 1-2 tahun sudah bisa dan mulai dibiasakan.

2. Berikan contoh yang benar.
bukan contoh yang baik saja, tetapi contoh yang benar dan konsisten mutlak dibutuhkan anak agar kelak dia menjadi mahkota orangtua.

3. Biasakan, "Tolong, Terima kasih dan Maaf"
Ingin menciptakan dunia yang jauh lebih baik? Mulailah mendidik dan memberikan contoh serta membiasakan anak dari kecil terbiasa dengan hal ini.

4. Bermain role play
Misal, main dokter-dokteran, "Permisi Pak Dokter, selamat malam Pak Dokter, terima kasih Pak Dokter", dan sebagainya.

5. Ulangi dan ulangi.
Gunakan teknik "iklan di televisi" selalu mengulang dan kita semua mengingat produk yang ditawarkan. Ulangi dengan gembira dan happy bukan paksaan, jadilah kreatif.

keterangan foto : AKU ANAK SANTUN, HALO BALITA jilid 16, penerbit : Pelangi Mizan

6. Melalui cerita dan dongeng.
Saat menjelang tidur, ceritakan dan masukkan nilai sopan santun kepada anak, tambahkan dengan imajinasi anda sendiri, "Aladin berkata apa setelah diberi makan?.... Terima kasih."

7. Hindari menjadikannya bahan lelucon.
Jika perilakunya sudah terbentuk, jangan dijadikan lelucon, "jiaaahhh..sekarang pake permisi...," "culun banget sih pake pamitan yaa..".

8. Sabar dan beri waktu untuk terjadi pada proses yang lebih berat, dan pada beberapa anak berikan waktu untuk menunjukkan perilaku ini, ini adalah pembiasaan. Jika belum biasa tunggu dengan sabar dan tidak perlu emosi, agar dibenaknya tidak terbentuk sopan santun itu proses belajar yang menyakitkan.

9. Perhatian.
Perhatikan proses yang terjadi dari hari, minggu, bulan, dan berikan respon di perilakunya.

10. Beri pujian yang tepat.
Pujian yang tepat dan secukupnya, nanti anak bisa berlaku sopan hanya cari pujian jika tidak ada pujian dia tidak berlaku sopan.

11. Kenalkan dengan agama.
Jelas agama juga mengajarkan hal-hal yang baik dan menumbuhkan kedewasaan.

12. Peluk dalam doa.
Doakan anak agar menjadi anak yang bertumbuh baik. Doa orangtua adalah bentuk 'keyakinan' terhadap anak, kelak seperti apa anaknya jika dewasa.

semoga bermanfaat dan berbagilah untuk manfaat terbaik.

sumber : www.pendidikankarakter.com

Rabu, 05 November 2014

Assalamualaikum...

Alhamdulillah bisa nyapa lagi di blog tercinta ini,
Setelah vakum 4 bulan,hikss..

Yup,
Bulan ini saya hadirkan promo2 super kereeeen buat teman2 tercinta,
Apa aja yaaa?

ikutin saya terus yaaa, ;-)

Insya Allah mulai sekarang saya usahakan buat hadir disini,
Juga di medsos yg lain,

Selamat beraktifitas, ^-^

Wassalamu'alaikum