Selasa, 20 Mei 2014

Anakmu Bukan Anakmu

Banyak cara belajar dan merefleksikan tentang cara kita memperlakukan anak-anak kita. Salah satunya adalah membaca salah satu puisi karya Kahlil Gibran (1883-1931), seorang pujangga awal abad ke-20 yang lahir di Libanon, berjudul "Anakmu bukan Anakmu". 
Berikut kutipan puisi tersebut: 

Anak
oleh Kahlil Gibran (1883-1931)
"Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir
melaluimu tetapi bukan berasal darimu.

Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan pikiranmu
karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri. 

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya, karena
jiwanya milik masa mendatang, yang tak bisa kau datangi
bahkan dalam mimpi sekalipun. 
Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
menuntut mereka jadi seperti sepertimu.

Sebab kehidupan itu menuju ke depan, dan
tidak tenggelam di masa lampau. 
Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang melucur.
Sang Pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat. 
 
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap".

Melepas Suami Pergi Mencari Nafkah

Sebuah episode kehidupan .
---
“Bun, pergi yah…” teriak ayah di belakang motornya yang sudah siap melaju.
“Iya, ati-ati…”, teriak bunda tak kalah keras sambil terus melanjutkan cucian piringnya
yang belum selesai.
---
Tapi itu masih lumayan dibanding yang berikut:
“Lho ayah kemana, kok sudah nggak ada?” tanya Bunda ke kakak yang sedang asyik main boneka.
“Kayaknya sudah berangkat deh Bun, waktu Bunda lagi cuci baju di belakang” jawab
kakak.
---
Hmm… jadi penasaran, apa yang dilakukan Rasulullah ketika pergi meninggalkan rumah?
---
‘Aisyah berkata : “Rasulullah menciumku, kemudian beliau pergi ke mesjid untuk melakukan shalat tanpa memperbarui wudlunya” (HR Abdurrazaq, Ibnu Majjah, Aththabrani, dan Daraqutni)
---
Sebelum meninggalkan rumah, tak lupa Rasulullah SAW berdoa:
"Bismillaahi Tawakkaltu ‘Alallaah Laa Haula wa Laa Quwwata Illaa Billaah"
Artinya:
“Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya.”
---
Dilanjutkan dengan doa ini:
"Allaahumma Innii A’udzubika an Adhilla au Udhalla, au Azilla au Uzalla, au Azlima Au Uzlama, au Ajhala au Yujhal ‘Alayya"
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang lain, dari menzhalimi diriku atau
dizhalimi orang lain, dari berbuat bodoh atau dijahilkan orang lain.”
---
Subhanallah….
Ternyata begitulah cara suami meninggalkan istrinya di rumah. Sungguh indah, penuh kesan.

Mencium dan mendoakan. Mudah dan sederhana, tapi dalam maknanya.
---
Kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput.
Sebagaimana kita tahu, melepas suami pergi bekerja itu adalah sama dengan melepas suami pergi berjihad.
---
Apakah kenangan saling berteriak itu yang ingin kita kenang dalam melepas kepergian suami? Atau kenangan suami “hilang” begitu saja tanpa pamit?
Tentu tidak.
---
Sepanjang sisa hari, sang istri akan teringat ciuman di kening…
Suami pun pergi tenang dengan membawa kenangan wangi rambut istrinya. Plus bonus senyuman terindah yang diberikan sang istri tercinta yang melepas kepergiannya di depan pintu rumah.
---
Dalam doa yang dipanjatkan, ada makna penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Menitipkan anggota keluarga yang dicintai hanya kepada Allah. Memohon perlindungan
bagi fitnah dunia yang mungkin terjadi.
---
Suami: Cium kening dan doakan Istri tercinta…
Istri: Antarlah suami hingga ke pintu depan.
Lepas kepergiannya dengan mengamini doanya dan berikan senyuman terindah.
---
Semarah apapun kita saat berpisah, jangan pernah lupa saling berpamitan dengan baik.
Sekali lagi karena kita tak tahu kapan ajal menjemput.


Jadi bagaimana, berani terima tantangan ini? ^-^

Kemauan Anak itu Sederhana

Setiap Anak saya lihat mainan2 bagus dan lucu di toko mainan, lalu terlihat seperti sangat ingin memilikinya,
Saya tinggal bilang:
"Maaf Angelo, kita harus beli itu dulu baru bisa memainkannya.."

Mendengar ini Anak saya pun mengerti, dan tak memaksa lagi untuk memainkannya.

Lalu, setiap Anak saya melihat mainan milik temannya yg menarik,
Dia pun berkeinginan untuk memainkannya.
Sehingga dia akan berusaha meminta ijin pada temannya tsb.

Kalau tak berhasil (tak dipinjamkan), dia akan minta tolong saya untuk meminta ijin pada temannya tsb.
Kalau ternyata tak berhasil juga, ya mau bilang apa? Masa saya paksa temannya itu untuk meminjamkan?

Ya akhirnya jadilah dia bersedih dan terlihat berusaha untuk tetap memainkannya.
Akhirnya saya pun tinggal menjelaskan:
"Angelo Maaf, Itu bukan Milikmu, tak apa ya.."

Dia pun akhirnya mengerti dan berusaha untuk mengalihkan perhatiannya ke mainan yg lain.

Namun ada satu hal yg Anak saya tampak tak mau dan tak bisa merelakan,
Yakni Waktu Bersama kami orang tuanya..

Dia tidak menuntut saya untuk membelikan dia mainan ini itu, tak juga meminta saya membawa dia ke Mall atau tempat permainan yg mahal2..

Yg dia minta dan butuhkan cuma 1:
WAKTU dari kami orang tuanya, untuk diluangkan bersama dengan dia (Quality Time).

Dia tak akan tantrum lama2 ketika tak dibelikan mainan atau tak dipinjamkan mainan oleh temannya.

Tapi dia akan sangat Kecewa dan sedih sekali ketika melihat Kami SIBUK, kurang memperhatikannya.

Yup, yg Anak mau itu Sederhana....
Apapun itu kegiatannya, asalkan bersama orang tuanya, mereka akan BAHAGIA.

Walau kita mungkin cuma duduk di dekatnya, dan memperhatikan mereka bermain, sudah cukup baginya..

Bahkan mungkin cuma 'mengekori' alias mengikuti kita pergi ke dapur saja, mereka sudah senangnya bukan main..

Yup, terkadang kita manusia lebih merasa SULIT untuk memberi WAKTU bagi anak.

Kita lebih 'rela' memberi mereka segala sesuatu berupa Materi atau kebutuhan fisik, sekalipun itu Mahal harganya - kita sangat rela..

Namun ketika mereka hanya meminta WAKTU yg berkwalitas untuk kita luangkan bersamanya,
Rasanya Suliiitttttt sekali..

Alasan yg mesti lakuin inilah itulah, padahal main inet bisa, nonton TV rutin bisa, pergi main bola sama teman bisa, dsb..

Padahal bagi anak,
Waktu Berkwalitas bersama kitalah yg Paling mereka BUTUHKAN.

Bukannya TV layar datar yg tercanggih, Smartphone yg Tertipis dan termutakhir, Mobil2 an yg menggunakan Aki yg bisa dicharge, boneka Barbie Import, dsb..

Itu semua hanyalah 'pelengkap',
Tanpa itu semua pun mereka sebenarnya sudah Senang,
Asal kita ada bersama mereka, melakukan Hal2 Sederhana namun Bermakna...

Melihat kita tersenyum dan tertawa ketika bermain bersama mereka,
Itulah HADIAH Sesungguhnya bagi anak...

Ya ya ya.... Saya semakin ke sini semakin sadar.. Bahwa yg paling dibutuhkan Anak sejatinya adalah Waktu Kebersamaan dengan Orang Tuanya...

Mungkin bagi orang lain, ada atau tidak adanya kita ya sama saja, alias Gak ngaruh apa2 buat hidup mereka..

Namun bagi Anak2 kita?
Kehadiran Kita SANGAT lah MEMPENGARUHI hidup mereka. Dengan kata lain, Sangat Penting....

Yup, kehadiran anak membuat kita merasa menjadi seperti 'Orang Penting' ya...

Semoga kita semua mampu menikmati dengan baik setiap Fase TumBang anak dengan Tulus Hati..

Untuk direnungkan:
"Sudahkah Saya sediakan Quality Time buat anak hari ini?"

~ Kids Are BEST GURU ~
(◦'⌣'◦)

Sebaik Perhiasan adalah Wanita Sholihah...

Dunia adalah perhiasan dan sebaik.perhiasan adalah wanita sholihah...
Demikian sabda Rasulullah dalm sebuah hadits..
Apapun perhiasan terbaik yg dapt kita lihat di dunia ini sejatinya di kalangan langit dikalahkan oleh seorang wanita sholihah....
Wanita sholihah bisa mengalahkan mereka yg ngandalin kecantikan fisik semata..sesuatu yg di agung2 kan saat ini..seolah wanita cantik adalah wanita terbaik d dunia...lihatlah parameter kontes ratu2an dan putri2 an sejagat apa yg mjd parameter...

maka mari kita lihat siapa wanita yg diabadikan Rasulullah dalam sabdanya...
"Dari Anas bin Malik ra,Rasulullah saw bersabda:"Cukuplah (teladan) bagi kalian wanita terbaik d jagat raya ini yaitu Maryam binti 'Imran,Khadijah binti Khuwailid,Fathimah binti Muhammad dan 'Asiyah istri Fir'aun." (H.R.Tirmidzi)

4 Wanita special ini diabadikan dalam.hadist.


#‎Khadijah‬ wanita yg pertama kali beriman,pendukung dan pelindung dakwah Rasulullah.. tak pernah menyulitkan kehidupan Rasul,Teladan bagi para Istri agar mensupport keimanan suami untuk istiqomah.

#Maryam ini wanita suci yg tak pernah 'galau' meski sendirian tanpa ada pendamping dapat ujian pula yg hampir mjd fitnah...luar biasanya dia mampu lahirkan nabi dari rahimnya yang suci


#‎Fathimah‬ sangat sedrhana pdhl memiliki Ayah sang pemimpin,ketaatannya kepada ALLAH,kesabarannya mengelola rumah tangga yg penuh sedrhana dan baktinya kepada Ali ra,kemampuannya melahirkan generasi sholih dan sholihah layak utk mjd cermin


#‎Asiyah‬ Istri Fir'aun..ini gambaran keimanan dan kesabran seorang Istri yang suaminya tak beriman...bagaimana dia menghadapi sosok fir'aun yg kejam dan bengis dengan ketabahan..hingga buah ketegarannya ALLAH abadikan dia dlm hadits.
Cermin andai kita d karuniai lelaki yg tidak sholih kiranya sosok Asiyah patut utk d jadikan cermin..

 Wallahu'alam...

Beginilah Umar bin Abdul Aziz Mendidik Anak


by Herfi G. Faizi, Lc

Ayahku Guruku

Jum’at dini hari. Seperti biasa, sebelum masyarakat datang
berkunjung, Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan semua anak-anaknya.
Dari keempat istrinya, Umar memiliki tujuh belas anak, diantara mereka adalah; Ishaq, Ya’qub, Musa, Abdullah, Bakar, Ummu Amar, Ibrahim, Abdul Malik, Walid, Ashim, Abdullah, Abdul Aziz, Yazid, Zayyan, Aminah dan Ummu Abdullah.

Setelah semua berkumpul, maka saatnya Umar memulai tadarrus al-Qur’an. Dimulai dari anak yang paling tua, kemudian dilanjutkan adik-adiknya.
 Begitulah. Semua membaca al-Qur’an bergantian. Satu persatu.
Sedangkan Umar menyimak bacaan al-Qur’an anak-anaknya dengan sungguh-sungguh dan penuh ta’dhim.

 Inilah ayah yang sekaligus guru bagi anak-anaknya. Guru al-Qur’an. Meskipun Umar telah memilihkan guru-guru hebat bagi buah hatinya, namun dirinya sendiri merasa perlu terjun langsung dalam mewarnai
keilmuan mereka.
Sekalipun agenda reformasi dan kiprahnya dalam pemerintahan sangat banyak, tapi selalu ada waktu yang sangat berkualitas dengan keluarganya.

Kebersamaan dalam naungan al-Qur’an. Menciptakan iklim al-Qur’an dalam lingkungan keluarga, itu nilai penting pada tulisan seri ini.
Ketika ternyata sekedar ‘menitipkan’ anak di lembaga-lembaga pendidikan tertentu tidaklah cukup untuk membangkitkan daya dan memupuk kecenderungan anak kepada al-Qur’annya, ketika iklim dirumah tidak Qur’ani.

Nuansa al-Qur’an harus tercipta dalam lingkungan keluarga terlebih dahulu, dan Umar telah melakukan itu.
Sehingga menjadi sangat perlu kiranya setiap keluarga muslim mulai merutinkan halaqah al-Qur’an.
Disitu berkumpul antara orang tua dan anak-anak.
Bergantian membaca al-Qur’an.
Mengkaji pelajaran dari setiap ayat-ayatnya.
Dan yang menjadi guru adalah ayah.
Menarik pasti.
Sangat istimewa.
Lebih berkesan dari halaqah al-Qur’an yang diikuti oleh para anak disekolah mereka.
Karena disitu ayahnya adalah gurunya. Ini adalah satu program besar peradaban yang perlu diinstal di setiap rumah.
Harus segera dimulai walaupun di awal terasa canggung dan bingung.

Abdullah bin Umar berpesan kepada kita, “Kamu harus bersama al-Qur’an, pelajari al-Qur’an itu dan ajari anak-anakmu. Karena sesungguhnya kamu kelak akan ditanya tentang al-Qur’anmu dan dengannya kamu akan mendapat pahala, dan cukuplah al-Qur’an sebagai pemberi nasehat bagi orang yang berakal.”

Menjadi guru bagi para buah hati.
Beginilah ayah hebat mencetak generasi unggulan.

Referensi:
Kitab Fiqih Umar bin Abdul Aziz karya DR. Muhammad Syaqir
Kitab Siyar A’lam an-Nubala’ karya Syamsuddin adz-Dzahabi
Kitab Umar bin Abdul Aziz wa Ma’alim at-Tajdid wa al-Ishlah karya DR.Ali Muhammad ash-Shalabi.