Jumat, 30 Mei 2014

Memilih Buku Bergizi untuk Anak

Anak-anak kita yang masih lucu-lucu, perlu kita lindungi kesehatan pikiran dan mentalnya dengan memberi bacaan bergizi

oleh Mohammad Fauzil Adhim 

 Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Begitu judul salah satu buku kesukaan anak saya -yang sekarang sudah tidak berbentuk lagi. Buku itu saya beli sewaktu jalan-jalan dengan anak saya yang ketiga, Muhammad Hibatillah Hasanin. Di rumah, kami memang biasa menjadikan toko buku sebagai tempat jalan-jalan, tujuan rekreasi, dan sekaligus sebagai hadiah terindah bagi anak-anak. Meskipun kadang saya harus belajar menahan diri untuk tidak membeli setiap buku yang menarik, tetapi toko buku tetap menjadi tempat rekreasi terindah.

Kalau ada buku bagus seperti itu, biasanya mereka minta ibunya membacakan. Kadang lampu sudah dimatikan pun mereka masih bersemangat minta dibacakan buku. Sekarang yang lagi semangat-semangatnya membaca adalah Muhammad Nashiruddin An-Nadwi, anak keempat kami yang usianya dua tahun satu bulan. Kadang-kadang bingung juga menghadapinya. Mata sudah mengantuk, lampu sudah dimatikan, tetapi Owi -begitu kami biasa memanggil-masih saja minta dibacakan buku. Apalagi kalau kakaknya turut serta minta dibacakan. Untunglah si sulung, Fathimah, sudah bisa mengajari adik-adiknya sekarang. Sering kalau ada buku bagus, Fathimah yang membacakan buku untuk adik-adiknya. Atau kadang Fathimah membaca buku untuk dirinya sendiri, kemudian adiknya datang ikut nimbrung mendengarkan.


foto : koleksi www.zakiyahbookstore.blogspot.com

Alhamdulillah, Fathimah sudah lancar membaca semenjak ia masih belajar di Taman Kanak-kanak. Tepatnya di TKIT Salman Al-Farisi Warungboto, Yogyakarta. Sekarang usianya tepat enam tahun, duduk di kelas satu SDIT Salman Al-Farisi Klebengan, Yogyakarta. Banyak buku yang ia sukai. Salah satunya adalah seri Ensiklopedi Bocah Muslim. Buku ini merupakan salah satu favorit anak-anak. Saking favoritnya, seri 15 Ensiklopedi Bocah Muslim sudah rusak. Padahal kami beli belum terlalu lama. Owi rupanya memanfaatkan ensiklopedi ini sebagai buku mewarnai. Sementara ia biasa menggoreskan crayon dengan kekuatan penuh.

Ada cerita tersendiri tentang Ensiklopedi Bocah Muslim ini. Sebelum beredar, saya sudah mendengar kabar dari Mas Ali Muakhir -editor di penerbit DAR! Mizan yang menerbitkan ensiklopedi tersebut. Waktu itu saya sedang berada di Bandung. Begitu pulang ke Yogya, saya ceritakan kabar dari Mas Ali ini kepada istri saya maupun kepada Fathimah dan adik-adiknya. Antusias sekali mereka. Apalagi ketika saya mendapat undangan peluncuran buku ini di Jakarta. Meskipun saya tidak bisa hadir, tetapi gambar di kartu undangan telah merangsang rasa ingin tahu mereka.

Bulan Maret 2004, ada Islamic Book Fair di Yogyakarta. Salah satu stand menjual ensiklopedi tersebut. Segera saja kami berunding. Fathimah punya celengan uang receh di rumah. Adik-adiknya punya celengan juga. Mereka berunding dan sepakat memecah semua celengan mereka. Terkumpullah uang yang membuat mata mereka berbinar-binar. “Wow, Pak. Banyak sekali!” kata Husain, anak saya yang kedua. Tapi uang sejumlah itu tetap masih kurang. Oh, ada tabungan Fathimah di sekolah. Kalau diambil mungkin mencukupi.

Esoknya tabungan itu diambil dan ternyata masih belum cukup. Lalu Fathimah berkata, “Ibu, bagaimana? Aku kepingin beli ensiklopedi.” Lalu Fathimah dan ibunya berbicara dengan saya, minta supaya ditambah dengan uang saya. Alhamdulillah, ada rezeki. Bisa buat menutupi kekurangan. Ensiklopedi pun kami beli saat itu (Fathim, alhamdulillah ya, Nak. Kita punya sesuatu yang lebih baik daripada TV. Ensiklopedi harganya lebih mahal lho daripada TV).

Kembali ke soal buku Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Hasanin segera saja memperoleh kegembiraan tersendiri ketika buku itu dibacakan ibunya. Saudara-saudaranya ikut serta. Mereka berkumpul melingkar, mengitari kaki ibunya. Mereka terpingkal-pingkal mendengar cerita tentang kaos kaki yang dipakai terbalik. Mereka bergembira. Dan yang lebih menggembirakan saya, Husain dan Hasanin bersemangat pakai kaos kaki sendiri. Tapi di rumah, anak laki-laki tidak biasa pakai kaos kaki-sebagaimana saya sendiri tidak biasa memakainya. Mereka kemudian belajar pakai celana sendiri dan baju sendiri-ketika itu usia Hasanin belum mencapai tiga tahun. Dan uff… jatuh. Dua kaki masuk satu lubang. Tentu saja sulit bergerak. Dan karena tidak seimbang, segera saja Hasanin terjatuh. Dan lihat apa yang terjadi dengan kakaknya? Rupanya Husain juga demikian. Jadilah mereka saling tertawa.

O ya, masih ada buku lain yang kami beli pada kesempatan berikutnya. Aku Berani Minum Obat. Buku tipis ini memberi manfaat yang besar. Saya tidak tahu pasti apakah anak saya terpengaruh oleh buku ini atau terpengaruh oleh cara ibunya meminumkan obat yang cerdas dan menarik. Yang jelas kami syukuri, Owi sangat mudah diminumi obat. Sejak usianya belum satu setengah tahun, ia begitu mudah menerima obat yang disodorkan kepadanya. Kalau pahit? Ia akan segera meminta segelas teh.

Banyak pengalaman menarik dari kegiatan sehari-hari bergaul dengan buku. Membaca buku Aku Sayang Adik (DAR! Mizan), Fathimah menjadi lebih sayang dengan adik-adiknya. Fathimah suka menggendong adiknya, mengajaknya bermain, dan mendiamkannya apabila menangis.

Ada buku-buku lain yang mengesankan. Tetapi pada kesempatan kali ini, biarlah saya mencukupkan cerita saya sampai di sini. Ada yang lebih penting untuk saya sampaikan. Mengingat begitu kuatnya pengaruh buku -lebih-lebih pada masa kanak-kanak-maka penting sekali kita perhatikan nilai gizi buku untuk anak-anak kita. Ibarat makanan, kandungan gizi buku sangat mempengaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertindak anak. Inilah yang sangat perlu kita perhatikan mengingat usia mereka merupakan masa paling strategis untuk membangun fondasi kepribadian, termasuk di dalamnya fondasi paradigma berpikir, bersikap, dan bertindak. Pada masa-masa ini pula kepekaan emosi anak sangat efektif untuk diasah atau justru ditumpulkan.

Kalau David Shenk menggambarkan sebagian besar informasi yang beredar di era informasi sekarang ini sebagai kotoran dan buangan, seperti tercermin dalam judul bukunya Data Smog (Kotoran Data); dan kotoran itu menyebabkan kita mengalami brain meltdown (penurunan kemampuan otak), maka bagaimana lagi jika anak-anak yang-ibarat komputer-operating systemnya belum terbangun kokoh? 

Sama seperti bayi yang perlu dilindungi dengan memberi makanan terbaik berupa ASI, anak-anak kita yang masih lucu-lucunya itu juga perlu kita lindungi kesehatan pikiran dan mentalnya dengan hanya memberi bacaan-bacaan bergizi. Melalui bacaan-bacaan bergizi tersebut, mereka akan memiliki kekuatan yang kokoh, imunitas yang tangguh, dan rangsangan berpikir maupun mental yang kaya.

Buku bergizi berbeda dengan buku yang menarik. Sekadar menarik saja tidak cukup sebagai alasan untuk memilih buat anak kita. Tetapi buku bergizi yang tidak menarik, sulit membuat anak bergairah membacanya, kecuali kalau orangtua menunjukkan antusiasmenya yang besar atau anak memang sudah gila membaca. Pada sebagian buku yang benar-benar bergizi, baik tulisan maupun ilustrasi, benar-benar merangsang pikiran, perasaan, dan imajinasi anak.

Menimbang Gizi Buku Anak

Bincang soal buku bergizi, apa saja sih yang menentukan gizi sebuah buku wa bil khusus buku anak-anak? Beberapa catatan berikut, mudah-mudahan bermanfaat.

Kita bicara secara ringkas saja tentang gizi buku buat anak-anak kita.  

Pertama, kita perhatikan kesesuaian buku dengan anak. Sue Bredekamp sangat menekankan aspek kesesuaian ini untuk memperoleh keberhasilan yang maksimal. Anak benar-benar menyerap manfaat yang besar tanpa harus merasa terbebani. Kesesuaian (appropriateness) itu mencakup kesesuaian usia dan kesesuaian individual.

Saya tidak hendak mendiskusikan terlalu jauh tentang kesesuaian individual ini. Saya hanya ingin menekankan bahwa setiap buku anak, seharusnya sesuai dengan tahap perkembangan di usia yang menjadi bidikan buku tersebut. Tampaknya, masih banyak penerbit yang belum mampu membidik umur sasaran dengan baik. Bayangkan, ada buku anak yang ditujukan untuk anak TK hingga SD kelas enam. Ini luar biasa (luar biasa mengherankan!). Padahal karakteristik perkembangan di rentang usia itu sangat beragam dan benar-benar berbeda.

Kedua, daya rangsang buku untuk memantik gagasan-gagasan segar pada anak, baik yang secara langsung ditulis atau pun tidak. Sering saya jumpai buku-buku anak yang pesan permukaannya (surface message) bagus, tetapi di dalamnya (inner message) buruk. Sekilas isinya bergizi, tetapi tanpa disadari -kadang penulisnya pun tak sadar memantik gagasan buruk pada anak (inspiring bad).

Ketiga, kekuatan gagasan dan alur cerita. Ilustrasi yang bagus akan sangat menunjang kuatnya alur yang diciptakan penulisnya. Gagasan yang kuat dan memiliki pijakan yang mampu membangun visi anak, akan lebih bertenaga apabila disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan hidup. Kekuatan bahasa inilah pertimbangan keempat dalam menakar gizi buku anak. [www.hidayatullah.com]

Selasa, 27 Mei 2014

Tuhan Sembilan Senti


puisi yang digubah oleh Taufik Ismail, berjudul Tuhan Sembilan Senti :

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok.

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.

Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.

Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.

Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.

Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

(sumber: http://on.fb.me/1tkKDxQ)

Sabtu, 24 Mei 2014

Cara Televisi Memengaruhi Tidur Anak.



Dear Ayah Bunda

Menonton televisi tidak selamanya buruk bagi anak. Namun sebaiknya dibatasi. Menurut penelitian anak-anak yang menonton televisi setidaknya selama 1,5 jam sehari bisa mengalami kurang tidur dibandingkan anak yang tidak menonton televisi atau menonton televisi kurang dari 1,5 jam sehari.

Menurut penelitian yang dilakukan lebih dari 1.700 anak ini, jam menonton televisi di kalangan anak semakin meningkat. Dan hal ini mulai berdampak pada penurunan waktu tidur mereka.

"Televisi bisa mengubah waktu tidur pada anak-anak," kata pemimpin penelitian Marcella Marinelli yang melakukan penelitian bersama peneliti dari Center for Research in Environmental Epidemiology di Barcelona. Kurangnya waktu tidur bisa menjadi faktor penyebab obesitas dan masalah perilaku seperti ADHD, tambah Marinelli.

Menurut Dr. Adriana Cadilla, dokter anak di Miami Children's Hospital di Florida, menonton televisi juga memengaruhi banyak perilaku pada anak-anak, termasuk kegiatan belajar di sekolah, berat badan, dan perkembangan. Dr. Cadilla menyarankan orang tua tidak menggunakan TV sebagai babysitter untuk membuat anak diam dan teruslah memantau acara yang mereka tonton.

"Ada banyak teori tentang televisi. Salah satunya adalah warna-warna cerah dapat memengaruhi pikiran anak sebelum tidur. Belum lagi ada banyak adegan kekerasan, bahkan dalam film kartun. Hal itu tentu dapat mempengaruhi tidur anak," katanya.

Orang tua harus bisa menawarkan alternatif lain selain televisi. Seperti melibatkan anak-anak dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berbeda seperti kegiatan olahraga atau musik. Atau menghabiskan banyak waktu bersama keluarga.

"Beberapa kartun bertema pendidikan bisa membantu anak-anak meningkatkan kemampuan bahasa mereka dan harus digunakan untuk tujuan pendidikan. Tetapi orang tua harus bersama anak-anak mereka saat menonton dan berkomunikasi dengan mereka selama menonton," kata Marinelli .

Penelitian ini diterbitkan pada 10 Maret 2014 di JAMA Pediatrics.

Nah untuk kegiatan malam menjelang tidur anak ini, Bunda bisa lakukan mendongeng^-^

sumber : Parent Indonesia

Jumat, 23 Mei 2014

Jika Anak Bertanya tentang ALLAH


Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi "tak mau tahu" alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya...

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:

Tanya 1: "Bu, Allah itu apa sih?"
Tanya 2: "Bu, bentuk Allahitu seperti apa?"
Tanya 3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Tanya 4: "Bu, Allah itu ada di mana?
Tanya 5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"

Tanya 1: "Bu, Allah itu apa sih?

Jawablah :

"Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: "Bu, bentuk Allah itu seperti apa?"

Jangan jawab begini :

"Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu...." karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini :

"Adek tahu 'kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

Tanya 3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?

Jangan jawab begini :

Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) "barang" dan "sesuatu" yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai'un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af'al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af'al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua'lam}

Jawablah begini :

"Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?"

Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris )

"Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak 'kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya 'kan?!"

Atau bisa juga beri jawaban :

Adek, lihat langit yang luas dan 'besar' itu 'kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit 'kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan "Melihat Tuhan".

Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek 'kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. "Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara."

Tanya 4: "Bu, Allah itu ada di mana ?

Jangan jawab begini :

"Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy."
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah...berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

Dia bersemayam di atas ’Arsy.

Juga jangan jawab begini :

"Nak, Allah itu ada di mana-mana."

Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini :

"Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada."

"Qalbun mukmin baitullah", 'Hati seorang mukmin itu istana Allah." (Hadis)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

Allah sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"

Jangan jawab begini :

"Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga."

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,"Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!"

"Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya." (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini :

"Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, 'kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
Katakan juga pada anak:
"Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
"Kenapa, Bu ?"
"Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu."
Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).
Allahua'lam.
sumber  : Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo's

Ryousai Kenbo : Istri yang baik, Ibu yang bijaksana



Di Jepang ada namanya “kyoiku mama” (ibu pendidikan) para ibu di Jepang rata-rata tidak bekerja, tapi hanya untuk mendidik dan mengurusi anak2 mereka mulai bangun, berangkat pulang sekolah, kursus, les, sampai tidur lagi, semuanya di bawah didikan sang ibu.

Para kyoiku mama ini menanamkan kesopanan, kebersihan pada anak mereka, rata2 mereka lulusan S1/S2. Mereka sekolah tinggi bukan untuk berkarier tapi “mendidik anak” itulah karier mereka yang tertinggi.

Dan kemajuan ekonomi Jepang adalah karena ditopang oleh kyoiku mama ini makanya tidak heran kalau orang Jepang itu disiplin, etos kerja tinggi, menjaga kebersihan itu semua hasil didikan para kyoiku mama, sehingga sekolah hanya untuk menstransfer ilmu saja.

Sementara “Ryousai kenbo” adalah slogan yang kembali digalakkan pemerintah Jepang, istilah ini muncul di jaman restorasi Meiji dan banyak dianut keluarga Jepang untuk mewujudkan keluarga harmonis ideal.

Ryousai: istri yg baik
Kenbo: ibu yang bijaksana

Intinya menyerukan bahwa wanita peran terhormat sebagai istri yang baik dan bijaksana, pembagian peran alami sesuai fitrah antara perempuan dan laki laki.

Peran perempuan sebagai menteri dalam negeri dan motivator domestik rumah tangganya dan peran lelaki jadi menteri luar negri keluarganya sebagai motivator logistik dan publik.

Di Jepang peran ini kembali digalakkan karena sekarang perempuan memilih melajang menjadi wanita karier sehingga presentasi pertumbuhan penduduk muda usia produktif di negara mereka menurun.

Tentu saja kasus kekerasan remaja dan bunuh diri di Jepang pada usia sekolah terus bertambah karena tidak terpenuhinya kualitas hubungan ibu dan anak yang menunjang pertumbuhan emosi anak.

Jadi wajar pemerintahan Jepang sangat memberi tempat terhormat pada peranan ibu rumah tangga yang berkualitas, karena kemajuan bangsanya kelak pun tetap ditopang oleh kualitas ibu-ibu rumah tangganya sebagai pembentuk kualitas karakteranak anak mereka.

Sungguh luar biasa, “ibu rumah tangga adalah profesi idaman” di Jepang. Bagaimana dg kita?

Copas dari page Majalah Ummi

Sekali membentak memarahi anak, milyaran sel otak anak ‘rusak musnah’ !


Saat memBENTAK meMARAHi anak,RUSAK milyaran sel OTAK anak ‘musnah’ !
Sekali membentak memarahi anak, milyaran sel otak anak ‘rusak musnah’ !

“Tahukan Anda di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.”
Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah.

Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya. “Hasilnya luar biasa, saat menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada anaknya, rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi perubahan warna. Ini baru teriakan,” ujarnya. Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan mengganggu struktur otak anak itu sendiri. “Makanya, kita harus berhati-hati dalam memarahi anaknya,” Tidak hanya itu, juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh. Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan lainnya.
Teriakan dan Bentakan menghasilkan gelombang suara. Ya, hampir semua orang mengetahui itu. Yang belum banyak diketahui orang banyak adalah, bentakan yang disertai emosi seperti marah menghasilkan suatu gelombang baru.

Emosi negatif seperti marah mempunyai gelombang khusus yang merupakan gelombang yang dipancarkan dari otak. Gelombang ini dapat bergabung dengan gelombang suara orang yang berteriak. Nah, gabungan gelombang suara dan gelombang emosi marah ini menghasilkan gelombang ketiga dengan efek yang khusus.
Efek dari gelombang ketiga ini adalah sifat destruktifnya terhadap sel-sel otak orang yang dituju. Dalam satu kali bentakan saja, sejumlah sel-sel otak orang yang dijadikan target akan mengalami kerusakan saat dia terkena gelombang ini, baik bila dia mendengar suaranya atau pun tidak. Hal ini karena gelombang ketiga ini tetap merambat sebagaimana dia gelombang suara tapi langsung ditangkap oleh otak sebagaimana gelombang otak.
Efek kerusakan pada sel-sel otak akan lebih besar pada anak-anak yang dijadikan sasaran bentakan ini. Pada remaja dan orang dewasa mengalami kerusakan yang tidak sebesar anak-anak, tapi tetap saja terjadi kerusakan.
Efek jangka panjangnya dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya. Mereka lebih banyak melamun serta termasuk lambat dalam memahami sesuatu. Orang-orang ini biasanya mudah meluapkan emosi negatif seperti marah, panik atau sedih. Mereka biasanya seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup, karena kesulitan memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Semuanya akibat dari sel-sel otaknya yang aktif lebih sedikit dari yang seharusnya.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, pendidik, ataupun orang yang lebih tua dari ‘mereka’, sebaiknya memilih sikap yang lebih kreatif dalam menghadapi tingkah anak yang mungkin kurang baik. Seringkali orang tua  bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.
Harus diakui, orang tua yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu. Sikap orang tua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat. Sebaliknya, orang tua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang.
Mari yuk selalu memberi pujian tulus dan pelukan kasih sayang kepada anak-anak kita agar kelak menjadi anak yang cerdas berjiwa penuh kasih sayang.
sumber : http://bit.ly/1nkLzoF

Dampak Negatif Hukuman Pukul


Urusan memukul anak ini memang terbagi menjadi 2 bagian. Ada orang tua yang berpura-pura akan melakukannya (agar anak merasa takut dan tidak mengulangi perbuatannya), namun ada pula yang benar-benar melakukannya.

Penelitian yang dilakukan di University of New Hampshire mengatakan, tindakan ini akan lebih banyak dampak negatifnya ketimbang dampak positif. Menurut penelitian, memukul anak ternyata bisa memengaruhi IQ-nya. 

Para peneliti meneliti sekelompok anak, di mana ¾ di antaranya dipukul selama beberapa minggu. Setelah itu, semua anak dites IQ-nya. Empat tahun kemudian, anak-anak tersebut dites lagi IQ-nya. Dan, inilah yang para peneliti temukan: Anak yang tidak pernah dipukul memiliki skor IQ yang jauh lebih baik ketimbang mereka yang dipukul. 

Kok, bisa? Dipukul erat kaitanya dengan stres dan rasa takut. Dan, anak-anak yang harus menjalani trauma ini akan lebih sulit memusatkan perhatian dan belajar sesuatu, kata peneliti. 

Yang pasti, memukul akan meninggalkan bekas yang cukup dalam. Penelitian di Pediatrics pada tanggal 21 Oktober 2013 menunjukkan, anak-anak yang dipukul pada usia lebih kecil oleh mamanya akan menjadi agresif nantinya dalam masa kanak-kanak dibandingkan mereka yang tidak pernah dipukul. Sementara itu, dipukul oleh papanya bisa menyebabkan masalah kosakata dan bahasa pada anak. 
Menurut Michael MacKenzie, associate professor pada Columbia University School of Social Work, New York, “Efek memukul memang bisa seumur hidup, dan bukan hilang dalam jangka waktu pendek. Dan ternyata, efeknya akan lebih kuat pada mereka yang dipukul lebih dari 2 kali seminggu.” 

Studi terhadap lebih dari 1.900 keluarga di AS menemukan, sekitar 57% mama dan 40% papa memukul anak pada usia 3 tahun. Ketika anak usia 5 tahun, persentasenya menurun menjadi 52% mama dan 33% papa yang melakukannya.


Sumber: www.parenting.co.id

Pendidikan Karakter

12 Cara Mendidik Anak Sopan Santun (Terbukti dan Mudah untuk dilakukan)


1. Mulai sejak Dini
Mulai Kapan? umur 1-2 tahun sudah bisa dan mulai dibiasakan. 


2. Berikan Contoh Yang Benar
bukan contoh yang baik saja, tetapi contoh yang benar dan konsisten mutlak dibutuhkan anak agar kelak dia menjadi mahkota orangtua.

3. Biasakan “Tolong, Terima Kasih dan Maaf”
ingin menciptakan dunia yang jauh lebih baik? mulailah mendidik dan memberikan contoh serta membiasakan anak dari kecil terbiasa dengan hal ini.

4. Bermain Role Play
misal main dokter-dokteran, "permisi pak dokter, selamat malam pak dokter, terima kasih pak dokter, dan sebagainya"

5. Ulangi dan Ulangi gunakan tehnik "iklan di televisi" selalu mengulang dan kita semua mengingat produk yang ditawarkan. ulangi dengan gembira dan happy bukan paksaan, jadilah kreativ.

6. Melalui cerita dan Dongeng.
saat menjelang tidur, ceritakan dan masukan nilai sopan santun kepada anak, tambahakan dengan imajinasi anda sendiri "Aladin berkata apa setelah diberi makan ?... Terima kasih"

7. Hindari menjadikannya bahan lelucon.
Jika perilakunya sudah terbentuk, jangan dijadikan lelucon " jiaahhh, sekarang pake permisi..., culun banget sih pake pamitan ya"

8. Sabar dan beri waktu untuk terjadi pada proses yang lebih berat, dan pada beberapa anak berikan waktu untuk menunjukan perilaku ini, ini adalah pembiasaan. Jika belum biasa tunggu dengan sabar dan tidak perlu emosi, agar dibenaknya tidak terbentuk sopan santun itu proses belajar yang menyakitkan.

9. Perhatian
Perhatikan proses yang terjadi dari hari, minggu, bulan. dan berikan respon di perilakunya.

10. Beri pujian yang tepat.
Pujian yang tepat dan secukupnya, nanti anak bisa berlaku sopan hanya cari pujian jika tidak ada pujian dia tidak berlaku sopan.

11. Kenalkan dengan Agama.
Jelas agama juga mengajarkan hal-hal yang baik dan menumbuhkan kedewasaan.

12. Peluk dalam Doa.
Doakan anak agar menjadi anak yang bertumbuh baik. Doa orangtua adalah bentuk "keyakinan" terhadap anak, kelak seperti apa anaknya jika dewasa.

Semoga bermanfaat dan Berbagilah untuk Manfaat
Terbaik.

www.pendidikankarakter.com

Rabu, 21 Mei 2014

Di Sini Isa di Sana Yesus: Tanya Kenapa?

Apalah arti sebuah nama? Demikian Kata Mbah ‘Will I Am Shakespeare’.  :-D
Kutipan lengkapnya berbunyi “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.”
Memang benar demikian. Apalah arti sebuah nama? Benda yang kita sebut mawar itu, kalaupun disebut dengan nama lain baunya akan tetap sama. Maksudnya si Mbah Shakespeare, kalaupun mawar itu kita sebut oncom, tidak serta-merta baunya jadi macam tauco, wanginya tetap wangi mawar yang hakiki, karena toh bendanya memang itu.
Faktanya, nama itu sangat penting. Dulu, saat menjadi mahasiswa tingkat 3, saya pernah bersitegang dengan seorang pegawai FPBS UPI yang salah menuliskan nama saya pada selembar surat. Seharusnya nama saya ditulis MAHARDHIKA (dengan H di antara D dan I), namun dituliskannya nama saya MAHARDIKA. Ini menjadi cukang-lantaran yang lantas membuat saya tidak sudi menerima surat tersebut. Dengan pongah dan congkaknya, sang pegawai (khususon, ini kasus. Sebagian besar pegawai UPI itu baik hati, kok! Berani sumpah!) berkata,
“Nama kamu itu kurang satu huruf saja dibacanya sama kan?”
Lalu dengan nada tinggi saya tanya balik, “Nama Bapak siapa?!”
–super nyolot sebagaimana biasa kalau saya sedang ngamuk.
“EKO!” jawabnya tak kalah nyolot.
“Bagaimana kalau saya tulis kurang satu huruf K? Jadi EO? Mau?!”
Dan…, ujung-ujungnya, seperti biasanya, orang dewasa macam Pak Eko itu harus mengalah kepada anak muda naif macam saya ketika itu. Surat itu diambilnya kembali untuk diperbaiki (memang sudah seharusnya, kan? -_-)
Oke, fragmen kisah masa lalu saya itu hanya sepenggal contoh bagaimana sebuah nama bisa menjadi sangat sensitif untuk pemiliknya. Sampai-sampai salah seorang dosen saya, Pak Iwa Lukmana, yang lulusan Monash University itu, merasa perlu menggelar karpet merah untuk sebuah kegiatan penelitian tentang nama.
Solot-menyolot soal nama itu juga ternyata merambah ke mana-mana, bahkan ke dalam medan internet. Yang terbaru yang saya temukan ialah di dalam sebuah situs yang (mengaku-ngaku) situs dialog antaragama.
Kenapa saya merasa perlu membubuhkan kata mengaku-ngaku dalam tanda kurung? Ya karena sebetulnya isinya ternyata bukan dialog, lebih ke arena saling hujat dan saling ejek dengan adu argumen bergaya Jaka Sembung bawa asbak, kagak nyambung gedubrak!
Ahiww! Soal agama memang sensitif, sama sensitifnya seperti banteng-banteng Spanyol yang berkeliaran di Festival Pamplona. Salah posisi, bisa membuat anda terseruduk sampai mampus di sana!
Salah satu topik dalam arena saling ejek itu adalah soal nama. Syahdan, seorang peserta hina-menghina itu menuliskan bahwa salah satu versi nama (dari Isa dan Yesus) lebih sahih daripada yang lain, maka kitabnya pun dianggapnya lebih sahih daripada kitab lainnya. Sebuah argumen yang memang sangat ad hominem. Pada akhirnya, kepenasaranan saya ikut tergelitik. Ini bukan soal mencari benar-salah, tapi ini soal pelurusan fakta sejarah, terlepas dari soal-soal Agama.
Oke, sejarah kadang mengaburkan karena ada banyak versi. Tapi dalam tataran bahasa, kita bisa mendaurnya hingga murni, lalu tampak wujud hakiki dari suatu kata yang menjadi polemik. Syahdan, alasan itulah alasan yang melahirkan disiplin etimologi dalam filsafat.
Soalan Yesus dan Isa ini memang perlu diluruskan agar orang-orang lebih paham cara berargumen yang benar dan saling menghormati. Terus terang, sebagai seorang Muslim, saya suka marah jika ada sesama Muslim yang mempermainkan nama Yesus. Okelah, sesama Muslim itu memang bersaudara. Tapi jika ada saudara yang memalukan, ya mau tak mau saya  harus ikut menanggung malu.
Jadi begini, sodarah….
Nama itu bermakna simultan dalam bahasa lainnya. Misalnya nama Charles di Inggris, dipanggil Carlos di Spanyol, Carlo di Italia, Karl di Jerman, dan Karel di Belanda & Skandinavia. Adik tingkat saya ada yang namanya Lukman (Si Black tea) oleh temannya yang orang Jepang dipanggil Rukuman. Teman saya yang orang Arab namanya Rahman, dipanggil Rahmanov saat dia migrasi ke Russia. Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, jiga dia di Arab nama depannya akan dipanggil Rojab Toyib Ardogan. Mbah ideologisnya Erdogan, Necmettin Ebarkan, akan dipanggil Najmuddin Abarkhan kalau di Arab. See? Cara pengucapan bisa beda, tapi rujukannya sama.
Langkah pertama untuk meluruskan Isa dan Yesus ini seyogyanya adalah pemahaman bahwa Isa yang disebut dalam Quran adalah sosok yang sama dengan Yesus yang disebut di dalam Perjanjian Baru. Ini penting untuk ditekankan, agar mereka yang suka memperolok-olok nama Yesus sadar siapa yang sedang mereka olok-olok.
Dalam bukunya, Jesus Will Return, Harun Yahya membubuhkan tanda alaihissalam di belakang nama Yesus. Begitulah seharusnya nama Yesus diperlakukan, karena dia seorang nabi. Seorang Muslim diajarkan untuk menghormati para nabi alaihimassalaam dengan cara yang santun dan bermartabat.
Markijut, Mari Kita Lanjut. Kita lihat prequel soal ini dari  prakelahiran Yesus as. Menurut taksiran para sejarawan, Yesus as dilahirkan pada sekira tahun 5 SM. Kala itu di tempat kelahiran beliau (as), Betlehem, bangsa beliau (Yahudi) sedang hidup dalam penjajahan Imperium Roma. Bahasa apakah yang diucapkan kala itu? Sekurangnya ada 4 (empat) bahasa yang dituturkan secara bersamaan di sana.
  1. bahasa Ibrani (kuna, bukan bahasa Ibrani modern macam di Israel dewasa ini) sebagai bahasa ritual dan liturgi. Bahasa ini digunakan dalam berdoa dan beribadah. Mirip dengan Muslimin Indonesia yang berdoa dengan bahasa Arab. Dus, hanya para rabbi dan pemuka agama terkemuka yang menguasai bahasa ini. Kitab-kitab Tanakh (Taurat dan kitab lainnya) juga ditulis dalam bahasa ini.

  2. Bahasa Aram (bukan Arab, tapi Aram –Aramaic Language). Dengan bahasa inilah Yesus as kemudian mendakwahi kaumnya, berbicara kepada ibunya, Maria, dan mengobrol dengan para tetangganya. Ini bahasa ibu Yesus as, sekaligus Lingua Franca-nya tanah Kana’an. Sebagian sejarawan bahkan yakin bahasa ini dipakai di seantero Timur Tengah pada saat itu, termasuk di dunia Arab.

  3. bahasa Latin, digunakan oleh bangsa Romawi yang menjajah tanah Kana’an saat itu.

  4. bahasa Yunani yang digunakan oleh kaum pendatang dari wilayah Imperium Roma di bagian Eropa Timur.
Dus, bisa dipastikan bahwa Yesus as dinamai ibundanya dengan nama berbahasa Aram.  Oke sekarang kita lanjut, teks berbahasa Aram yang paling tua yang menyebut-nyebut kisah Yesus as adalah Peshitta, Kitab Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Aram dengan aksara Syro. Dalam Peshitta, nama Yesus Kristus ditulis begini:
ܕܝܫܘܥ ܡܫܝܚܐ
Baca: /eishûa mashïkha/
Lalu bagaimana nama itu bisa jadi Isa (Arab), Yesus (Yunani), dan Yêshûa (Ibrani)?
Begini ceritanya.
Kalau kita perhatikan, di dalam Quran banyak sekali kisah nabi-nabi Israel (selain Isa). Jika kita bandingkan penulisan namanya,  banyak nama yang aslinya diawali bunyi /y/ dalam bahasa Ibrani, tersulih menjadi berawalan /i/ dalam bahasa Arab, contohnya:
  • ישמעאל (baca: /yisy-ma’-e’l/) menjadi إسماعيل (baca: /is-ma-iil/) dalam bahasa Arab,

  • ישראל (baca: /yis-ra’-el/) menjadi إسرائيل (baca: /is-ra-iil/ dalam bahasa Arab,

  • יצחק (baca: /yits-khaq/) menjadi إِسْحَاقَ (baca: /is-haq/) dalam bahasa Arab.
Oke. Sekarang kita cermati nama Yesus as yang ditulis dalam Peshitta:
ܕܝܫܘܥ ܡܫܝܚܐ
Baca: /eishûa mashïkha/
ܡܫܝܚܐ (eishûa) dalam bahasa Aram adalah padanan nama untuk  ישוע (yêsyûa’) dalam bahasa Ibrani.
Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa bahasa Aram, Ibrani, dan Arab sebenarnya berasal dari rumpun yang sama: yakni bahasa Semit. Karena soal konvergensi dan divergensi, bahasa Semit ini kemudian terpecah ke dalam tiga bahasa tersebut, di mana bahasa Ibrani terbebat oleh bahasa Aram yang lebih banyak dituturkan di zaman Yesus as. Ini menjelaskan bahwa perbedaan antara nama عيسى (Iisa) dalam bahasa Arab dengan nama ܡܫܝܚܐ (eishûa) dalam bahasa Aram dan ישוע (yêsyûa’) dalam bahasa Ibrani tak lebih dari soal perbedaan lafal –sama seperti dalam rumpun bahasa Melayu, kata Kite (Betawi) dengan Kito (Palembang) dan Kita (Riau) dilafalkan.
Sip. Berarti sampai di situ kita dapat penjelasannya. Nah, lalu bagaimana nama Yesus muncul? Di atas, eike sudah menjelaskan bahwa pada zamannya, di tanah Kana’an ada 4 bahasa yang dituturkan secara simultan, termasuk salah satunya adalah bahasa Yunani, selain Aram, Ibrani, dan Latin.
Dalam Perjanjian Baru yang berbahasa Yunani, nama Isa ditulis ιησους (baca: /iêsous/). Perhatikan bahwa perbedaan paling mencolok ada pada bunyi /s/ di ujung kata. Nah, loh! Bagaimana penjelasannya?
Oke. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa bahasa Yunani tidak mengenal bunyi vokal glotal di akhir kata. Buktinya adalah bukan hanya nama Yesus, nama Nabi موسى‎  (Muu-sa) dalam bahasa Ibrani disebut מֹשֶׁה‎ (Mo-she), dan dalam bahasa Yunani disebut μωυσης  (Mouses).
Fenomena ini sebenarnya dapat dijelaskan dengan padanan bunyi vokal glotal dalam bahasa Indonesia: kita menulis BAPAK, tapi dibaca /bapa’/. See?
Nah, selanjutnya, sebagaimana kita ketahui, bahasa Yunani dan bahasa Latin memberikan pengaruh yang besar terhadap bahasa-bahasa Eropa. Sementara bangsa Eropa sendiri kemudian berlayar dan membuat koloni di mana-mana, bagai tawon berpindah pohon. Ini menjelaskan mengapa lafal JESUS atau YESUS lebih mengglobal daripada IISA, EISHÛA, dan YÊSYÛA’.
Terakhir, sebagai catatan, di negara-negara berbahasa Arab, nama Yesus dalam Perjanjian Baru Arab tetap ditulis dalam bentuk Arab, yakni عيسى (iisa), bukan bentuk bahasa yang lain. Kemudian, ternyata, dalam Perjanjian Baru yang berbahasa Melayu-Kuna zaman dulu, nama “Isa Almasih” ditulis sebagai terjemahan dari kata Yunani ιησους χριστος - iêsous khristos. Salah satu contohnya adalah dua versi terjemahan Matius 1:1 berikut ini.
LAI TB, : “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Klinkert 1870: “inilah sjadjarah Isa Almasih, ija-itoe anak Da’oed, anak Iberahim.”
Akhirul Kalam, itulah hikayat nama Isa/Yesus as. Sampai di sini, saya sungguh sangat benar-benar berharap agar saudara-saudara sesama Muslim jangan pernah menghina atau memperolok nama dan figur Yesus Kristus. Yesus Kristus yang dipuja saudara-saudara kita yang Kristiani, yang namanya tercantum di dalam Alkitab Perjanjian Baru, adalah sosok dan figur yang sama dengan Isa Almasih yang namanya disebut-sebut di dalam Al Quran.
(sumber : http://bit.ly/1ns8Kcg)

Ibu Ini Memberi iPhone5 pada Anaknya dengan Perjanjian

Seorang ibu bernama Janell Burley Hofmann memberikan hadiah ponsel berkelas yaitu iPhone 5 kepada anaknya Gregory. Meskipun iPhone 5 merupakan barang mewah, pemberian iphone 5 ini bukan untuk memanjakan anaknya, justru ia memberi aturan atau perjanjian yang sangat ketat kepada anaknya, dan ia harus mentaatinya. Jika tidak mau taat, maka iPhone tersebut akan di minta kembali.

Perjanjian tersebut sangat positif untuk anaknya, juga sangat inspiratif untuk kita terapkan bagi anak-anak kita. Berikut Ini daftar perjanjian ibu kepada anaknya:

1. Ini (iPhone 5) adalah milik ibu. Ibu membelinya. Ibu yang membayarnya. Ibu meminjamkannya untukmu. Bukankah ibu yang terbaik?

2. Ibu harus selalu mengetahui password-nya

3. Jika teleponnya berdering, jawablah. Itu adalah sebuah telepon. Katakan halo, tunjukkan perilaku yang baik (sopan.) Jangan pernah abaikan panggilan telepon jika dilayarnya tertulis “Ibu” atau “Ayah”. Jangan pernah.

4. Berikan teleponnya kepada orang tua-mu tepat jam 7:30 malam setiap malam sekolah dan setiap akhir minggu pada jam 9 malam. Telepon tersebut akan dimatikan untuk satu malam dan akan dihidupkan kembali esok hari jam 7:30 pagi. Jika kamu tidak mau menelepon ke telepon rumah temanmu, karena takut jika orang tua-nya yang mengangkat terlebih dahulu, maka jangan menelepon atau SMS sama sekali. Dengarkan suara hatimu dan hormatilah keluarga orang lain seperti kamu ingin keluarga kita dihormati.

5. Kamu tidak akan membawa Ini (iPhone 5) ke sekolah. Ngobrol-lah secara langsung dengan orang-orang yang biasa kamu ajak chatting atau SMS. Ini adalah bekal atau skill untuk hidupmu kelak. Untuk sekolah setengah hari atau field trip sesudah sekolah akan kami pertimbangkan.

6. Jika ini (iPhone 5) jatuh kedalam toilet, terhempas ke tanah, atau menghilang di udara bebas, kamu bertanggung jawab untuk penggantian atau biaya perbaikan. Kamu bisa memotong rumput, menjaga bayi, atau menggunakan uang tabungan hadiah ulang tahun. Ini akan terjadi, kamu harus bersiap.

7. Jangan gunakan teknologi ini untuk berbohong, membodohi, atau menipu umat manusia lainnya. Jangan biarkan dirimu terlibat dalam pembicaraan yang akan menyakiti orang lain. Jadilah teman yang baik terlebih dahulu atau menjauhlah dari kemungkinan perseteruan.
8. Jangan mengirimkan SMS, email, atau mengatakan apapun yang tidak mau kamu ucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

9. Jangan mengirimkan SMS, email, atau mengatakan apapun ke seseorang yang tidak mau kamu katakan dengan lantang ketika orang tua mereka sedang berada diruangan itu. Sensorlah dirimu sendiri.

10. Tidak boleh ada pornografi. Carilah informasi di internet yang hanya akan kamu bagikan ke Ibu secara langsung. Jika kamu memiliki pertanyaan tentang apapun, tanyalah seseorang – lebih baik lagi tanya ke Ibu atau ayahmu.

11. Matikan, diamkan, sembunyikan dari khalayak ramai. Terutama di restoran, didalam bioskop, atau ketika berbicara dengan umat manusia lain. Kamu bukanlah orang yang kejam; jangan biarkan iPhone merubah itu.

12. Jangan kirimkan atau menerima gambar/ foto dari bagian pribadi anggota tubuhmu atau orang lain. Jangan tertawa. Suatu saat kamu akan tergoda untuk melakukannya secerdas apapun dirimu. Ini sangat beresiko dan dapat menghancurkan masa muda/ kuliah/ atau masa dewasamu. Ini akan selalu jadi ide yang buruk. Dunia maya itu luas dan lebih kuat daripada dirimu. Sulit sekali menghilangkan jejak dalam skala sebesar ini – termasuk reputasi yang buruk.

13. Jangan mengambil jutaan foto dan video. Tidak perlu mendokumentasikan segalanya. Alamilah hidupmy sendiri.
Kenangan itu akan tersimpan dalam ingatanmu untuk selamanya.

14. Sesekali tinggalkan iPhone ini dirumah dan coba untuk merasa nyaman dan aman dengan keputusan itu. Ini (iPhone) bukanlah benda hidup ataupun perpanjangan dirimu. Belajarlah untuk hidup tanpanya.
Jadilah lebih besar dan lebih kuat daripada FOMO – Fear Of Missing Out (rasa takut kehilangan.)

15. Download lagu yang baru atau yang klasik atau yang berbeda dari yang didengarkan oleh jutaan orang lain yang mendengarkan hal yang sama. Generasimu memiliki akses musik yang belum pernah ada selama sejarah. Ambillah keuntungan dari hal tersebut. Perluas cakrawala-mu.

16. Sesekali mainkan permainan dengan kata-kata atau puzzles (teka-teki) atau permainan yang melatih otak.

17. Jaga matamu tetap menghadap kedepan. Lihat dunia disekelilingmu. Pandangilah jendela. Dengarkan kicauan burung. Jalan-jalan. Berbicaralah dengan orang asing. Berkelilinglah tanpa Googling.

18. Kamu pasti akan melakukan kesalahan. Ibu akan mengampil teleponmu. Kita akan duduk dan membicarakannya. Kita akan memulai dari awal lagi. Ibu dan kamu, kita selalu belajar. Ibu adalah bagian dari tim-mu. Kita melakukan ini bersama-sama.
Dan pada akhir daftar kontrak, sang ibu menulis “Kebanyakan pelajaran disini tidak hanya berlaku untuk iPhone, namun untuk kehidupan..”

Sungguh perjanjian yang sangat mendidik dan sangat bijak sana bagi anaknya. sangat cocok sekali dengan keadaan saat ini, zaman di mana kemudahan teknologi membuat kita jarang berinteraksi secara langsung kepada orang di sekitar kita.

Kita lebih suka berlama-lama sms-an, berlama lama melihat dinding facebook kita, lebih suka chating. Kita lebih suka menatap layar, dari pada harus bertemu langsung.

Padahal jika kita melakukan hal tersebut secara berlebihan, akan berdampak buruk bagi perkembangan psikologis kita, khususnya kemampuan untuk berinteraksi secara langsung dengan masyarakat.

Semoga kisah inspiratif ibu yang memberikan hadiah iPhone 5 kepada anaknya dengan perjanjian ketat di atas bisa bermanfaat bagi kita semua. (Sumber: mitrafm.com)

Selasa, 20 Mei 2014

Anakmu Bukan Anakmu

Banyak cara belajar dan merefleksikan tentang cara kita memperlakukan anak-anak kita. Salah satunya adalah membaca salah satu puisi karya Kahlil Gibran (1883-1931), seorang pujangga awal abad ke-20 yang lahir di Libanon, berjudul "Anakmu bukan Anakmu". 
Berikut kutipan puisi tersebut: 

Anak
oleh Kahlil Gibran (1883-1931)
"Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir
melaluimu tetapi bukan berasal darimu.

Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan pikiranmu
karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri. 

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya, karena
jiwanya milik masa mendatang, yang tak bisa kau datangi
bahkan dalam mimpi sekalipun. 
Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
menuntut mereka jadi seperti sepertimu.

Sebab kehidupan itu menuju ke depan, dan
tidak tenggelam di masa lampau. 
Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang melucur.
Sang Pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat. 
 
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap".

Melepas Suami Pergi Mencari Nafkah

Sebuah episode kehidupan .
---
“Bun, pergi yah…” teriak ayah di belakang motornya yang sudah siap melaju.
“Iya, ati-ati…”, teriak bunda tak kalah keras sambil terus melanjutkan cucian piringnya
yang belum selesai.
---
Tapi itu masih lumayan dibanding yang berikut:
“Lho ayah kemana, kok sudah nggak ada?” tanya Bunda ke kakak yang sedang asyik main boneka.
“Kayaknya sudah berangkat deh Bun, waktu Bunda lagi cuci baju di belakang” jawab
kakak.
---
Hmm… jadi penasaran, apa yang dilakukan Rasulullah ketika pergi meninggalkan rumah?
---
‘Aisyah berkata : “Rasulullah menciumku, kemudian beliau pergi ke mesjid untuk melakukan shalat tanpa memperbarui wudlunya” (HR Abdurrazaq, Ibnu Majjah, Aththabrani, dan Daraqutni)
---
Sebelum meninggalkan rumah, tak lupa Rasulullah SAW berdoa:
"Bismillaahi Tawakkaltu ‘Alallaah Laa Haula wa Laa Quwwata Illaa Billaah"
Artinya:
“Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya.”
---
Dilanjutkan dengan doa ini:
"Allaahumma Innii A’udzubika an Adhilla au Udhalla, au Azilla au Uzalla, au Azlima Au Uzlama, au Ajhala au Yujhal ‘Alayya"
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang lain, dari menzhalimi diriku atau
dizhalimi orang lain, dari berbuat bodoh atau dijahilkan orang lain.”
---
Subhanallah….
Ternyata begitulah cara suami meninggalkan istrinya di rumah. Sungguh indah, penuh kesan.

Mencium dan mendoakan. Mudah dan sederhana, tapi dalam maknanya.
---
Kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput.
Sebagaimana kita tahu, melepas suami pergi bekerja itu adalah sama dengan melepas suami pergi berjihad.
---
Apakah kenangan saling berteriak itu yang ingin kita kenang dalam melepas kepergian suami? Atau kenangan suami “hilang” begitu saja tanpa pamit?
Tentu tidak.
---
Sepanjang sisa hari, sang istri akan teringat ciuman di kening…
Suami pun pergi tenang dengan membawa kenangan wangi rambut istrinya. Plus bonus senyuman terindah yang diberikan sang istri tercinta yang melepas kepergiannya di depan pintu rumah.
---
Dalam doa yang dipanjatkan, ada makna penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Menitipkan anggota keluarga yang dicintai hanya kepada Allah. Memohon perlindungan
bagi fitnah dunia yang mungkin terjadi.
---
Suami: Cium kening dan doakan Istri tercinta…
Istri: Antarlah suami hingga ke pintu depan.
Lepas kepergiannya dengan mengamini doanya dan berikan senyuman terindah.
---
Semarah apapun kita saat berpisah, jangan pernah lupa saling berpamitan dengan baik.
Sekali lagi karena kita tak tahu kapan ajal menjemput.


Jadi bagaimana, berani terima tantangan ini? ^-^